MAHATALA - Pelopor, Badai Rimba, Tapak Rimba, Halimun Kumbara, Kumbang Layang, Wana Ranca, Sapta Kelana, Angin Lembah, Rasi Rimba, Panca Wana, Elang Bayu, Banyu Alam, Kabut Bayu, Elang Rawa, Surya Banyu-

Sunday, January 14, 2007

Mabim Rock Climbing

span.fullpost {display:none;} span.fullpost {display:inline;}

Beberapa bait kata – kata kemudian muncul dari benakku ketika kudapati tebing – tebing yang tepat berada di depan tubuhku menatap dengan perkasa.
Pagi hari, Jumat 7 Juli 2006 pukul 10.00 pagi, aku bersama ke empat temanku,
yaitu Beto Laga Koda (Dede Ardiansyah), Ngomi Majitu (M. Abung Hashomy), Pekobili Lewa (Joris S.S)
beserta satu orang instruktur Rockclimbing, yaitu Anyun Racip (Yudi Darwin P) yang juga menjabat sebagai KS (Kepala suku),
Jumat pagi itu kuawali dengan Packing peralatan

Rockclimbing dan tentunya Packing peralatan pribadiku, setelah melakukan checklist ulang semua peralatan yang akan dibawa, Aku kemudian mencoba cerrier (ransel) menuju ke depan dinding, ternyata lumayan juga, berat maksudnya, yah pasti lah isinyakan alat-alat Rock Climbing, kayak kermantel, hardness, karabiner, descender, hexentrik, fren, jumar, cholkbag, magnesium, dll. Seperti biasa, temanku Ngomi menempelkan surat Laporan Perjalanan untuk pemberitahuan di mading MAHATALA, lalu kami semua berpose di depan dinding sebelum keberangkatan, biasa pemotretan….kemudian kami melakukan rutinitas sebelum menuju tempat tujuan, yaitu Push – up satu seri, yah… pemanasan gituh….
Catatan Jurnal Pekobili Lewa

“Oke…”.Mungkin itu kata awal dari perjalananku, Namaku Pekobili Lewa (Joris Stanley Simanjuntak) Aku pergi menuju Citatah untuk mengikuti MABIM (Masa bimbingan) ROCK CLIMBING, mudah – mudahan kisahku kali ini bisa bermanfaat bagi rekan – rekan yang ingin mengunjungi Citatah – Padalarang.
Kami berangkat pukul 10.10 pagi dengan perjalanan menaiki angkot menuju staiun KA di Kiaracondong, kemudian naik kereta api KRD, menuju Padalarang. Saat ini Aku tidak tau apa yang sedang kufikirkan, tapi satu alas an yang buatku ingin sekali mengikuti mabim ini, yakni pengembangan diri sendiri.
Saat yang menarik dalam perjalanan menuju Citatah – Padalarang adalah Bugi Takra rekan satu angkatanku selalu memberikan cerita unik sepanjang perjalanan sehingga setiap perjalanan selalu teriring senyum bahkan tertawa lepas yang selalu akan terkenang.
Ucap syukur kepada Tuhan, karena Aku bisa mendengar, melihat dan merasakan keindahan alam yang diciptakannya, Aku hanyalah manusia biasa, tapi seperti dalam filmnya Soe Hok Gie “ Tak pernah berhenti berjuang, pecahkan teka – teki malam…”. Tebing yang kulihat tepat dihadapanku begitu gagah tampak tak bisa tergoyahkan, begitu keras ketika kusentuh namun begitu lembut dia memandangku.
Waktu berjalan seiring dengan langkah kami disini, tapat pukul 12.10 kami tiba di lokasi, kami kemudian mengeluarkan perbekalan dan perlengkapan kami, disini kami membagi tugas, ada yang memasang tenda, mengambil air, memasak dan mempersiapkan peralatan pemanjatan sedangkan Aku beserta Bugi melapor kepada RT untuk memberitahukan keberadaan dan tujuan kami, namun kami menunggu terlebih dahulu untuk makan walaupun makanan telah siap disantap, karena teman kami Ngomi Majitu sedang sholat dzuhur dlu, setelah beberapa saat Ngomi kembali ke Camp barulah kita makan siang, menu makan siang kali ini adalah telor dadar, sarden dan mie instant.Setelah makan
Tak lama kemudian, Kami melihat beberapa orang menuju Camp kami yang letaknya tepat di depan Tebing, ternyata mereka Pecinta Alam dari Yogyakarta dan Jakarta, namun mereka tidak Ngecamp seperti kita, karena tujuan mereka hanya akan mengambil Gambar (foto dan film) untuk pemutaran film di kampusnya Bina nusantara Jakarta, untuk perkenalan UKM mereka kepada Mahasiswa baru.Wah……ternyata UKM Pecinta di Bina Nusantara Jakarta banyak cuewueknya euy… cuci mata dikit, disana ceweknya pada Refling ,jadi kalo cewek ikutan MAHATALA,…ya… Siapa Takut gitu loh…Setelah itu KS (Kepala Suku) MAHATALA, yaitu Anyun Racip (Yudi Darwin.P) yang pada Mabim ini posisinya sebagai instruktur Rock Climbing, memberikan untuk mempersiapkan peralatan pemanjatan, kemudian kami disuruhnya untuk menggunakan Hardnes (Pengaman tubuh), kemudian kami melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum melakukan pemanjatan yang fungsinya untuk melemaskan otot-otot kita, agar pemanjatan bisa bejalan dengan baik. Instuksi selanjutnya dari Instruktur adalah Pengenalan pengaman sisip, seperti Fren, Hexentrik, Stoper, Angel, Seling, Prusik, dll. Anyun memberi contoh pada kami bagaimana cara penggunaan pengaman sisip, lalu kamipun mencobanya satu persatu.
Arti tebing buatku sangat luas, mungkin akan sedikit kudeskripsikan arti Tebing untuku:
Tebing merupakan keindahan alam selain gunung, Tebing menjadikan wadah untuk berinspirasi, Tebing memiliki keunikan dan kepuasan pribadi, Tebing…Tebing…panggilannya Tebing Citatah. Suatu pengembangan mental dan sikap yang di tunjukannya kepada setiap pendakinya, Tebing sahabat kita jadikan kita sebagai pelestarinya, sungguh menakjubkan Bentuknya menjadikan alam tampak sempurna, Tebing…jangan rapuh tetap kokoh selalu, Setiap orang kan menjenguk keindahanmu, Tebing… artimu amat luas isinya penuh dengan pesona, Hempaskan setiap keistimewaannya, Tebing…julukanmu membuat penasaran kepada pemanjat. Lorong yang gelap, terjalnya bebatuan, Hadirkan seribu cerita didalamnya, jadikan tempat yang aman dan istimewa bahkan bersama teman teristimewa.
Catatan Jurnal Ngomi Majitu

Pukul 20.00 WIB, kami mulai memasak dan membuat perapian didiringi canda tawa Geng “M”, seperti biasa menu makan malam kali ini agak sedikit special, yaitu Nasi liwet, Ikan kere,sambel terasi dan tentunya… Jengkol (Makanan pokok yang harus selalu dibawa geng “M” kemanapun kami pergi, karena makanan ini adalah makanan favorit KS kami tercinta yang sampai kini masih menjomblo) minumannya adlah the manis, kopi dan air putih panas, oh.. iya… rekan-rekan perlu diketahui jika kita memasak air yang kita ambil di sekitar Citatah, ketika matang rasa serta warnanya tidak sebening air yang biasa kita minum di Bandung karena air di wilayah Citatah masih mengandung banyak kapur, sehingga warnanya agak keputih-putihan, jadi kalo pengen rasanya ga jadi aneh tambahin teh, kopi, nutrisari setelah matang atau disaring terlebih dahulu sebelum dimasak.
Setelah kami selesai menyantap makan malam yang sangat nikmat ini, kami Breafing serta Evaluasi mengenai materi yang diberikan instruktur siang tadi, yaitu pemasangan pengaman sisip, kebanyakan masalah yang dihadapi adalah penempatan pengaman sisip, karena kami masih bingung, maklum baru pertama kali manjat tebing beneran, tapi, instruktur memberikan solusi seperti ini… “karena pengaman sisip jenisnya cukup banyak, kami bisa mencocokan satu persatu, biasanya celah yang ukurannya besar bisa kita gunakan pengaman prusik atau seling, sedangkan celah – celah kecil yang menjorok kedalam bisa kita gunakan fren, stopper atau hexentrik, sedangkan jika kita tidak menemukaan celah baik yang besar ataupun kecil kita bisa menggunakan angel” begitulah solusi yang dikemukakan instruktur kami, mudah-mudahan kami bisa melaksanakannya besok, lanjut kemasalah yang kedua, yaitu kami, terutama Aku (Ngomi Majitu) masih merasa grogi takut jatuh, dan solusi yang diberikan instruktur adalah “ Kita harus memasang pengaman dengan baik dan mengetes pengaman itu hingga beberapa kali sampai kita merasa yakin bahwa pengaman itu aman untuk digunakan, selain itu Percaya Diri adalah hal yang paling utama yang harus dimiliki oleh seorang pemanjat” itulah jawaban dari instruktur yang juga KS kami Anyun Racip, thanks KS …Aku harus lebih Percaya Diri dalam pemanjatan besok. Akhirnya evaluasi kami akhiri dengan minum kopi plus teh manis, kemudian kami menulis jurnal yang ditugaskan oleh Ka.DIV.Jurnalistik, yaitu Rato Ecal (NongQy) sambil bercanda tawa, Aku jadi teringat akan kelakuak rekan seperjuanganku Pekoboli Lewa yang biasa kami panggil Konyal, Dia kirim SMS ke cewe yang dia kenal dia angkot Padalarang tadi siang, walaupun sudah bersuami, konyal tetep aja PD buat ngeSMS si Mbak tadi, tapi SMS Konyal bersmbut, dijawabnya oleh si Mbak dengan kata “Sayang…” , Diapun kegirangan sampai-sampai ngelantur trus bikin lagu and nyanyi – nyanyi sepanjang malam, Konyal…Konyal… temanku yang satu itu emang selalu bikin suasana jadi tambah asyik sdan rame dengan kelakuan-kelakuan lucunya, Rekanku yang kupanggil Konyal ini, umurnya paling muda diantara kami angkatan Surya Banyu, bungsu gitu loh, Dia anak Teknik Industri angkatan 2005, nama lengkapnya Joris Standley Simanjuntak….Hari menjelang malam udah satu lewat, waktunya tidur, slamat tidur sahabtku, salamat tidur Tebing….

Catatan Jurnal Beto Laga Koda

Sabtu, 8 Juli 2006

Selamat pagi Dunia, selamat pagi TEBING PERKASA…
Aku terbangun pagi – pagi gara – gara konyal membangunkan Aku padahal mata enggan untuk terbuka tapi apa daya tangan tak sampai (noan coba??) Aku langsung membuat kopi panas, biasa sarapanku tiap pagi ya…kopi, sementara Anyun, Ngomi, dan Bugi masih tertidur karena kelelahan, dan sejujurnya Akupun masih ngantuk banget karena semalaman Aku diganggu terus sama nyamuk yang sangat jaus akan darah,Abis minum kopi panas ditemani sebatang rokok samsoe Aku kembali ke tenda dan berbaring, eh tau – taunya Aku tertidur lagi…abis tergoda sama yang lain…
Pukul 09.00 saat saya terbangun lagi rupanya rekan – rekan sudah terbangun semuanya dan siap untuk memulai kegiatan dengan simulasi pemasangan pengaman sisip dengan diawasi ketat oleh instruktur kami, Anyun Racip karena tak sempat untuk mandi Akupun kemudian bersiap – siap untuk mencoba pengaman isip hingga waktu menunjukan pukul 11.30, materi selanjutnya yang disampaikan instruktur yang disimulasikan langsung oleh instruktur yaitu materi penambatan, dengan menggunakan pengaman sisip, materi ini tidak menghabiskan waktu yang terlalu banyak, yakni kurang lebih setengah jam, setelah itu kamipun istirahat, karena tadi Aku belum mandi, Aku dn Ngomi Majitu bergegas untuk mandi, mumpung ada kesempatan, selain mandi Aku dan Ngomi mencuci misting, piring serta pelengkapan makan lainnya yang semalam sudah kami pakai, dan tak lupa Ngomi temanku yang rajin sholat mengajakku untuk sholat Dzuhur, sedangkan yang lain memasak, setelah selesai mandi, mencuci piring dan sholat Aku dan Ngomi kembali menuju base-camp, dan ternyata bahan baker untuk memasak telah habis, yah….mungkin ini kesalahan kami yang tidak memperhitungkan bahan bakar, persiapan perjalanan kami kurang baik, tapi untunglah lokasi Mabim kami tidak jauh dari perkotaan dan warung, akhirnya Aku dan Ngomi turun kebawah mencari warung untuk membeli spirtus,o..iya buat rekan – rekan yang mau ke Citatah letak kamar mandi lumayan jauh kurang lebih 50 meter karena kami biasanya ikut mandi, mencuci dan mengambil air di pabrik batu yang letaknya di seberang Tebing.
Aduh…. Perutku udah miscall neeh, tapi sialnya pas kami pulang kebase-camp setelah membeli spirtus, rekan kami Pekobili Lewa yang biasa kami panggil Konya menghilang, lalu Aku dan Anyun bergegas mencarinya, namun setelah 20 menit berlalu kami mencarinya ternyata belum ketemu juga, sampai saat ini waktu menunjukan pukul 14.07 Konyal belum dating juga, Aku berharap Konyal cepat kembali karena Dia adalah salah seorang rekanku yang lucu, baik dan selalu membuat suasana jadi hangat kalo ada dia, selain itu perutku terus berbunyi, karena lapar sementara kami tidak mungkin makan siang tanpa Konyal, tak lama kemudian rekanku Bugi Takra memutuskan untuk mencari Konyal sendirian, dan syukurlah akhirnya pada pukul 14.00 Konyalpun ditemukan, karena kami semua sudah merasa sangat lapar akhirnya kami semua makan siang dengan menu makanan nasi liwet, telur dadar, indomie, dan sambel, sebetulnya menu makanan kami sangat tidak sesuai dengan kebutuhab kalori yang kita gunakan, sebetulnya kita membtuhkan kalori kira – kira …….kalori, namun apa boleh buat kondisi keuangan kami semua lagi cekak yang pentingkan mental kita, kalo mental dan kondisi tubuh kita sehat apapun kesulitan pemanjatan akan bisa kami atasi.
Sehabis makan, kamipun mulai bercerita dengan tema “Mengapa Konyal bisa sampai menghilang?” ditemani the manis, nutria sari, biscuit dan rokok, Konyal mulai bercerita, ternyata kronologis kejadiannya adalah Mulanya Konyal ingin menyusul Anyun yang hendak pergi menuju goa di Tebing Citatah 125 itu,dan tau – taunya dia tersesat bukannya ketemu Anyun di Goa, malah nyampe ke puncak Tebing Citatah 125, yang lucunya Dia bisa naik tapi ga bisa turun, aneh kan??? Dan menurut informasi yang di dapat dari rekanku Bugi yang menemukan Konyal di Puncak, ternyata baju Konyal yang berwarna merah dibuatnya menjadi bendera, mungkin menurutnya siapa tau ada yang liat, trus diselametin, trus dia teriak – teriak minta tolong, wah… tapi dikala kesulitan menghadapinya, otaknya ga buntu, ilmu SAR (Search And Rescue) yang didapat ketika pendidikan di terapkan, untunglah ada Bugi yang menyelamatkannya dan alhamdulilah tidak terjadi apa – apa pada rekaku yang satu itu, tingkahnya macem – macem, mklum diantara kami angkatan Surya Banyu, Dia paling muda alias bungsu, jadi Dia masih polos, tapi dari kejadian inin kita bisa ambil hikamhnya kan, yah…yang pasti kalo kita gat au medan Tebing seperti apa lebih baik kita minta ditemenin sama orang yang lebih tau, selain itu kalo kita tersesat ilmu SAR yang dimiliki Konyal bisa dijadikan panduan, jangan putus asa dan selalu ingin terus mencoba, udah dulu ah cerita tentang Konyalnya.
WAktu istirahatpun selesai, kamipun bersiap – siap untuk melakukan penambatan, Aku terpilih menjdai leader dan Konyal sebagai partnerku menjdi cleaner, peralatan sudah kubawa, seperti harness sudah kupakai, kermantle, carabiner, runner,carabiner screw, fren, hexentrik, stopper, dan tak lupa cowstail, penambatan dimulai dari pukul 14.15 – 17.00, kendala yang kuhadapi pada saat penambatan antara lain sulitnya menentukan posisi untuk penambatan dan tadi Aku merasa kaget banget, ketika akan memasang pengaman sisip aku bertemu dengan binatang, yaitu Tokek di sela-sela tebing, tapi alhamdulilah akhirnya penambatan berakhir dengan baik, setelah selesai melaksanakan materi penambatan kami berempat, Aku, Konyal, Bugi dan Ngomi, pergi meuju Goa yang berada di tengah tebing, karena Konyal masih penasaran sama Goa yang ingin Dia tuju tapi nyasar, sesampainya di goa kami mengambil foto untuk dokumentasi, kenang – kenangan tentunya dan tentunya untuk laporan perjalanan kami yang sebelumnya ditugaskan oleh Ka.DIV Jurnalistik. Sulit untu kudeskripsikan indah pemandangan dari atas Tebing Citatah 125 ini, sungguh indah ciptaan-Nya. Tak lama kemudian sekitar pukul 17.30 rekanku, Ka.DIV Jurnalistik, Rato Ecal datang dari Bandung, wah…pasti mau ngecek jurnal kami dan mau nagih PR yang dia kasih buat kita. Akhirnya kami berempat turun setelah kainginan Konyal terpenuhi, yaitu melihat Goa, setelah turun kami bersiap – siap untuk makan dan untunglah ada Rato Ecal yang biasa kami panggil NongQy yang memasak, sementara yang lain mandi, mengambil air dan Aku sendiri membantu NongQy memasak, setengah jam berlalu rekan – rekanku telah kembali, lalu Aku dan Bugi membereskan peralatan Rock Climbing, lalu kami semua makan malam, dengan menu nasi liwet, sarden, mie goring, asin kere, jengkol dan tak lupa sambel, makan malam kali ini lumayan enak soalnya ada kokinya. Abis makan kami rehat sambil becandain Konyal, sekitar pukul 21.30 kami mulai Evaluasi, membahas tentang kesulitan – kesulitan yang dihadapi ketika penambatan, setelah evaluasi berakhir, Aku kembali ke tenda untuk tidur.
Catatan Jurnal Anyun Racip (Instruktur)

Pengembaraan – pengembaraan di alam bebas mulai dari pantai ke puncak gunung, dari jurang ke tebing terjal, dari sungai ke rimba belantara, disadari atau tidak tentu akan memberi pengaruh pada bentuk karakter pada diri seseorang. Berbagai rintangan yang dihadapi di dalam pengembaraan akan membuat orang lebih tabah dan tidak mudah putus asa. Ditengah kebesaran alam, keindahan dan mungkin juga keganasannya, seorang MAHATALA akan semakin menyadari keagungan Tuhan Sang Maha Pencipta.
Masa bimbingan adalah tahap kedua menjadi anggota MAHATALA, pada tahap ini anggota muda (anggota yang telah lulus mengikuti Pendidikan Dasar dan belum mempunyai nomor anggota) wajib untuk mengikutinya karena MABIM merupakan latihan rutin untuk mengembangkan keterampilan di bidang kepecinta alaman dan juga berisi tugas – tugas keorganisasian.
Pagi ini awan begitu bersahabat biru dan cerah, kuawali hari dengan memasak air kemudian minum the manis serta makan sedikit biscuit, hari ini minggu, 9 Juli 2006 yang juga hari terakhir Mabim kita, Aku akan memantapkan materi panambatan kepada adik – adiku, dimulai dengan Bugi Takra sebagai Leader dan Ngomi Majitu sebagai cleaner, kali ini ketinggian penambatan ditambah sampai mulut goa, hal ini dilakukn untuk mmenambah kepercayaan diri pemanjat dan melatih keberanian, penambatan kali ini berakhir dengan cukup baik, mungkin kendala yang dihadapi adalah penempatan pengaman sisip yang masih sukar, namun walau dengan waktu yang agak lam, tapi mereka berhasil melakukan penambatan dengan baik, tak lama kemudian kami semua makan siang yaitu mie yang telah disiapkan Danpur kita, tak lama setelah makan, kami kedatangan segerombolan orang dan ternyata orang – orang itu adalah Kang Tedi Ixdiana beserta teman – temannya yang wajahnya sudah taka sing lagi sering kita lihat baik ditelevisi ataupu workshop dan seminar mengenai pemanjatan, kami berbincang – bincang sejenak bersama Kang Tedi, dan eh…kita malah dikasih Kelapa muda, ya…thanks sueger banget,setelah itu kamipun bersiap – siap membereskan barang – barang kami kemudian packing dan pulang.
Sekitar pukul 17.00 kami pulang menaiki angkot kining jurusan Padalarang – Raja Mandala menuju Stasiun Padalarang, kemudian kami menunggu beberapa saat karena kereta menuju Bandung berangkat pukul 20.00, setibanya kereta kami langsung naik, dan alhamdulilah kereta kosong, jadi kami bisa duduk leluasa, sesampainya di stasiun Kiara Condong kami berjalan kaki menuju kampus tercinta UNJANI BANDUNG, ternyata di kampus juga ada acara nonton bareng Piala Dunia, karena lelah yang amat sangat juga perut yang terus berbunyi, Akupun kemudian makan dan istirahat.

Cadas – cadas perkasa
Berdiri kokoh menantang
Menjulang menuju awan
Memanggil nurani tuk disinggahi

Seinchi demi seinchi kutapaki
Sembari mawas diri
Sembari mawas diri…
Mata – mata hilang tampak mengawasi
Agar kami tau diri

Berjuang demi satu tujuan pasti
Berjuang agar tak perlu kembali
Berharap puncak segera kudekati
Agar dapat kuselami kepuasan diri

No comments:

 

Free Blog Counter

Blogger