Wednesday, April 1, 2009
Saturday, March 14, 2009
Alhamdulillah.................
Kegiatan SEMINAR DAN PELATIHAN MEMINIMALISASI RESIKO KECELAKAAN PADA KEGIATAN ALAM TERBUKA pada tanggal 7-9 Maret 2009 Sudah terlaksana dengan jumlah peserta 26 orang dari SMA sederajat se-Bandung Raya.
Monday, February 5, 2007
Daftar Gunung Di Pulau Jawa Dengan Ketinggian Diatas 2000 mdpl
Gunung di Jawa
* Gunung Anjasmara (2.277 m)
* Gunung Argapura (3.088 m)
* Gunung Arjuno (3.339 m)
* Gunung Bromo (2.392 m)
* Gunung Bukit Tunggul (2.208 m)
* Burangrang (2.057 m)
* Gunung Cereme (3.078 m)
* Gunung Cikuray (2.818 m)
* Gunung Galunggung (2.167 m)
* Gunung Gede (2.958 m)
* Gunung Guntur (2.249 m)
* Gunung Kembar I (3.052 m)
* Gunung Kembar II (3.126 m)
* Gunung Lawu (3.245 m)
* Gunung Semeru (3.676m)
gunung tertinggi di pulau Jawa dan gunung berapi ketiga tertinggi di Indonesia
* Gunung Malabar (2.343 m)
* Gunung Masigit (2.078 m)
* Gunung Merapi (2.911 m)
* Gunung Merbabu (3.145 m)
* Gunung Pangrango (3.019 m)
* Gunung Papandayan (2.665 m)
* Gunung Patuha (2.386 m)
* Gunung Penanggungan (1.653 m)
* Gunung Raung (3.332 m)
* Gunung Salak (2.211 m)
* Gunung Slamet (3.432 m)
* Gunung Sumbing (3.336 m)
* Gunung Sundara (3.150 m)
* Gunung Tangkuban Perahu (2.084 m)
* Gunung Ungaran (2,050 m)
* Gunung Wayang (2.181 m)
* Gunung Welirang (3.156 m)
* Gunung Wilis (2.552 m)
Thursday, January 25, 2007
KINABALU 4101mdpl
Berbeda dengan Jawa, Sumatera, dan Nusa Tenggara, yang bentang alamnya didominasi oleh deretan gunung berapi, Kalimantan (Borneo) hanya mempunya sangat sedikit gunung, dan itu pun bukan gunung api. Namun, salah satu dari yang sedikit itu, yakni Kinabalu, mempunyai puncak yang justru lebih tinggi dari deretan gunung api tersebut. Gunung Kinibalu mempunyai ketinggian 4.101 meter mdpl.
Gunung Kinabalu terletak di sebelah utara pulau Kalimantan, tepatnya di Taman Nasional Kinabalu, Sabah, Malaysia. Taman ini berjarak 90 km dari kota Kinabalu,dapat ditempuh dengan menggunakan minibus jurusan Kinabalu - Ranau turun di Taman Nasional Kinabalu.
Dijuluki sebagai "Puncak Borneo", Kinabalu merupakan gunung yang menjulang di atas dataran pantai barat laut Sabah, dan berada di antara dua gunung "pengawal" yang mengapit yakni Tambuyukon (2.576 meter) dan Trus Madi (2.597 meter). Dengan ketinggian 4.101 meter, Kinabalu menjadi gunung tertinggi kedua di Asia Tenggara, di bawah puncak-puncak tertutup salju di Papua.
Bagi pendaki, perjalanan ke puncak Kinabalu merupakan pengalaman yang mempesona karena melalui kumpulan vegetasi yang berbeda-beda. Di bawah 1.300 meter, hutan Dipterocarpaceae dataran rendah dan perbukitan tampak mendominasi. Selanjutnya, di sekitar Kantor Pusat Taman Nasional (1.554 meter di atas permukaan laut), hutan didominasi oleh pohon sarangan Castanopsis, yang merupakan tempat hunian sejumlah besar burung dan bajing yang sangat jinak. Hutan ini agak kurang kaya, namun masih dapat ditemui 40 jenis pepohonan sepanjang jalan sejak Kantor Taman Nasional.
Saat mendaki, mulai dari Timpohan Gate (1.830 meter) sesuai aturan dari Kantor Taman Nasional, pendaki akan ditemani oleh guide yang berpengalaman, berlisensi dan juga pandai berbahasa Inggris. Satu guide akan melayani kurang lebih lima orang. Keistimewaannya, mereka sangat mengenal nama dan karakter flora dan fauna sepanjang jalur yang dilewati. Pendaki dipersilakan untuk bertanya sepuasnya tentang Gunung Kinabalu.
niknya lagi, para pendaki tidak perlu membawa perlengkapan yang banyak dalam mendaki Kinabalu karena fasilitas lengkap telah tersedia di pos-pos perhentian. Agaknya, hal tersebut dilakukan sebagai antisipasi terhadap bahaya pencemaran (sampah) dan gangguan terhadap habitat asli di Gunung Kinabalu (pembakaran, perburuan hewan, pencabutan, penebangan kayu, pembabatan tumbuhan, dan lain-lain).
Selepas Timpohan Gate, jalur ke puncak melingkar sepanjang punggung selatan gunung, melalui Medang Hostel (1.885 meter), Pondok Kandis (1.981 meter), Pondok Ubah (2.059 meter), Pondok Mempening (2.518 meter), dan Pondok Layang (2.621 meter). Keseluruhannya 8,5 km melalui jalan selebar gerobak yang bertingkat-tingkat sejak hutan pasang yang kaya, menuju ke hutan lumut dan hutan Rhododedron. Di daerah Medang Hostel jika cuaca cerah, pendaki dapat melihat bentuk Gunung Kinabalu yang khas dengan puncak-puncak yang bergerigi.
Selepas Pondok Layang, pendaki akan melewati jalan curam menuju Pondok Villosa (2.942 meter), kemudian menuju Pondok Paka (3.072 meter), hingga akhirnya sampai ke Laban Rata (3.353 meter). Di sinilah biasanya pendaki bermalam hari pertama, biasanya di Penginapan Panar Lahan.
Suasana Panar Lahan ini benar-benar sangat modern, dengan pasokan gas dan listrik yang dialirkan dari bawah, sehingga pendaki akan merasa sangat dimanjakan. Bagi yang tiba sore hari, di balkon penginapan, mereka dapat duduk bersantai melihat pemandang-an hutan tropis berkabut, sambil menikmati secangkir kopi atau teh panas yang tersedia di kantin penginapan.
Subuhnya, perjalanan akan dilanjutkan dengan mendaki anak-anak tangga akar gelam bukit yang berbenjol-benjol sampai ke Sayat Sayat (3.810 meter). Setelah itu dengan batuan tali-tali yang terpasang dengan kuat sebagai panduan dan pegangan, pendaki akan melalui dataran tinggi granit guna mencapai Puncak Low (4.101 meter), dan biasanya diusahakan saat Matahari terbit.
Selain Puncak Low, Kinabalu juga mempunyai empat puncak lain, yakni South Peak (3.921 meter), Oyayubi Peak (3.975 meter), St John Peak (4.090 meter), dan Victoria Peak (4.094 meter). Namun, puncak yang biasa didatangi hanyalah Puncak Low.
Dari Puncak Low, jika memandang ke arah Timur Laut, terbentang luas Low's Gully yang dalam dan artistik, yakni suatu ngarai menganga dengan kedalaman lebih dari 1,5 kilometer dan lebar satu kilometer yang membagi Gunung Kinabalu menjadi dua bagian. Dasar jurang ini tampak sangat jauh karena posisinya lebih rendah dari Panar Laban. Di arah Barat, tampak di kejauhan bandar-bandar seperti Tuaran, Kota Belud dan Kota Kinabalu. Bahkan jika cuaca cerah, Laut Cina Selatan akan terlihat dengan jelas membentang dari barat ke timur dengan luasnya.
Memandang ke utara, pendaki akan melihat Gunung Tambuyukon yang misterius berselimutkan kabut dan awan yang bergulung seperti hamparan ombak. Sedang ke arah selatan, tampak Gunung Trus Madi yang setia mendampingi, juga dengan balutan putih awan dan kabut yang menutupi hutan hijau pegunungan di gunung tersebut.
Selain mendapat keindahan pemandangan pagi di puncak saat Matahari bersinar, pada malamnya, yang dingin dan terang, lapisan es akan terbentuk di Kolam Harapan di kaki Puncak Low, dan ini merupakan suguhan keunikan tersendiri di gunung tropis tersebut. Selain di puncak, di sinilah para pendaki biasanya menuangkan segala harapan dan permohonannya. Dengan kekayaan hayati dan sentuhan petualangannya yang memikat, tak bisa dipungkiri, Kinabalu memang mempesona.
Menurut penelitian, Kinabalu merupakan "gunung non-api" termuda di dunia yang telah terbentuk penuh. Gunung ini merupakan hasil intrusi granit yang terbentuk 15 juta tahun lalu oleh suatu bola raksasa yang mengeras dari batuan meleleh (pluton) yang tertekan di bawah batuan endapan kala Jajaran Croker. Oleh gerakan-gerakan tektonik sejuta tahun lalu, pluton tersebut kemudian terdesak ke atas guna menyusun badan gunung. Bahkan, proses ini sampai sekarang masih terus berlanjut sehingga Gunung Kinabalu tumbuh setengah centimeter setiap tahun.
Selanjutnya, selama kala Pleistosen, sungai-sungai es menutupi puncak gunung, menggesek dan melicinkan dataran tinggi granit, dan hanya meninggalkan puncak yang bergerigi di atas lapisan es. Akibatnya, seperti ditemukan di Gua Paka, ketinggian 3.250 meter, terdapat kumpulan batu-batu besar dari berbagai ukuran yang menandai moraine (bentukan oleh bagian depan sungai es yang bergerak maju). Kemudian, kurang lebih 10.000 tahun lalu lapisan es mencair dan sejak itu cuaca dan hujan memahat tebing-tebing gunung lebih lanjut untuk menciptakan puncak-puncak terukir dan jurang-jurang dalam yang menawan.
Bahan-bahan dari:
- KOMPAS, Jumat, 12 Juli 2002.
FT Handi Feryandi Mounteneerer, mahasiswa Teknik Geodesi UGM
- Ministry of Culture, Arts and Tourism Malaysia.
National Parks Of Malaysia
Wednesday, January 17, 2007
Carstensz Pyramid – Sunrise from Base Camp. After night Carstensz Pyramid is down the ice. Photo©PetrJahoda.com (Carstensz Pyramid & Papua Guide)
Carstensz Pyramid
Carstensz Pyramid is the highest mountain in Australia and Oceania. It is the eight summit in the Seven summits project (7 summits on 7 tallest mounatins on 7 Continets). Carstensz Pyramid is situated in west Papua (now named Papua province Indonesia). This Indonesian Province was called Irian Jaya till 2005. It lies in New Guinea, which is the world’s second largest island.
Carstensz Pyramid or Puncak Jaya or Jaya Kesuma?
Carstensz Pyramid, called Puncak Jaya by some, and Puncak Jaya Kesuma or only Jaya Kesuma by others, is located to the west of the central highland called Jayawijaya and Sudirman Mountains. It is the tallest mountain in Australia and Oceania. Technically this means that Carstensz Pyramid is the tallest mountain between America and the Himalayas.
Illustration map of Glaciers. The name of Carstensz Pyramid is readable - Puncak Jaya Kesuma
Officially it carries the name of its discoverer – of John Carstensz, who was a Dutch sea-farer. In 1623 he brought news to Europe about the snowbound mountain right on the equator, but no one believed him. He was the first European to see Carstensz Pyramid with his own eyes.
Indonesian communists called it Puncak Jaya (the summit of victory), even though this name belonged to a different summit which was considered to be the highest (Nga Pulu). Yet another name for Carstensz Pyramid which is also often used, is Jaya Kesuma. This name is used in books published by Mapala University. However, these days Indonesia uses (rather inconsistently) both names of the mountain – Carstensz Pyramid and Puncak Jaya.
Sometimes you can run into misspelled „names“ used when referring to the Carstensz Pyramid, these include Karstens , Carstens*, Carstenz, Carstenzs, Karstensz,Karstenz** or Piramid. However, these all are typos. The only correct name is Carstensz Pyramid. Sometimes, the second name for Carstensz Puncak Jaya is mispelled and following incorrect forms are used instead: Puncak Jaja or Puncak Jaia. The most frequent typos are undoubtedly Karstens and Carstens. The former typo stems from the name of the Carstensz Pyramid discoverer, who is sometimes spelled as Jan Karstens.
The Question of Carstensz Pyramid’s height
The officially recognized height of the Carstensz Pyramid is 4884 m (16023 feet some sources claim 16013 feet). Despite that many sources still claim its height is 5030 meters (16503 ft). Australian navigational air maps quote 16503 feet (5030 meters). Still, in 1994, the height of the world recognized publisher of maps and guides from Verlag noted on the map “Indonesien Ost” the height 5030 m.
All our equipment (both altimeters and GPS’s) showed its height lower than 5000 meters (16400 feet) at the top of the Carstensz Pyramid. Therefore, in line with other reputable mountaineers, we denote the official height of Carstensz Pyramid 4884 meters (16023 feet). However, we are still in doubt about the reasons behind air navigational maps and Verlag being wrong.
Snow mountains on the equator?
Carstensz Pyramid – Puncak Jaya (4884 m, 16023 ft), Puncak Mandala (4640m, 15223 ft), and Puncak Trikora (4730m, 15518 ft), are the three tallest and most well known mountains of west Papua. Carstensz Pyramid is the tallest of them, and it belongs to the Snow Mountains (Pegunungan Maoke in the local language). They are situated in the west of the central highland Jayawijaya.
The legendary tropical Snow Mountains are situated in the middle of endless jungles in West Papua. They are the logical ending of Cembalo Plato. Out of the three mentioned mountains, only Carstensz pyramid belongs among them. Although the massif of the Snow Mountains is not too high, and it lies 4 degrees south of the equator, it contains four relatively large glaciers. The largest of them is not the Carstensz Glacier, but Meren Glacier which fringes the Nga Pulu peak (4862 m, 15951 ft). Some Indonesians call this peak Puncak Jaya, because it was long considered to be the highest peak of Papua.
And where does the name Snow Mountains come from? There are not only glaciers on the summits, but the reason is also the fact that snowing is not unusual there. Tropical snow storm often bring snow to areas situated as high as 4000 m (13123 ft).
Graceful wall of Carstensz Pyramid
Sumber :www.Carstenszpapua.com
MAHATALA
Semut Kecil Di Tengah Belantara
Sejarah Singkat Mahatala
Prakarsa pendirian organisasi Pecinta Alam (PA) di Kampus II UNJANI Bandung mulai dibicarakan dan direncanakan sejak tahun 1979 oleh kurang lebih 6 orang mahasiswa AIL.Saat itu nama kampus II UNJANI adalah Akademi Ilmu Logam
Karena sesuatu dan lain hal para pemrakarsa memilih untuk mengikuti pendidikan dasar dan menjadi anggota perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung WANADRI
Periode 1986, perencanaan untuk mendirikan organisasi PA di lingkungan kampus mulai dibicarakan lagi saat itu kampus telah berganti nama lagi menjadi STTIB
Pada bulan Desember 1986 pendidikan dasar dilaksanakan dengan jumlah anggota 19 orang, diantaranya 14 orang dari teknik Metalurgi dan 5 orang dari Teknik Managemen Industri. Pendidikan dasar ini baik teori maupun praktek lapangan ditangani sepenuhnya oleh PPG WANADRI.angkatan pertama ini disebut PELOPOR
Pada tanggal 19 Juli 1987 bersamaan dengan kegiatan seminar nasional MAHATALA yang bernama “EVAKUASI KECELAKAAN PADA PENDAKIAN GUNUNG HUTAN”,dilaksanakan peresmian
berdirinya MAHATALA yang berkedudukan di kampus STTIB(sekarang UNJANI) dengan dasar surat keputusan dari rektor STTIB.
Setelah melewati proses waktu yang panjang dengan berlandaskan semangat kebersamaan, kekeluargaan, setia kawan, serta rasa persaudaraan yang erat dan dinamis sampai saat ini MAHATALA tetap tegar dibawah panji-panji kebersamaan MAHATALA yang kharismatik, dengan selalu mengakrabi alam, mengingatkan keindahan yang begitu mahal dan klasik.
Gimana sich caranya masuk MAHATALA?
Untuk masuk menjadi keanggotaan Mahatala,calon siswa mahatala harus lulus Pra PD dan PD Mahatala
Pendidikan Dasar adalah jenjang untuk meletakan dasar-dasar mental, kemampuan fisik dan kemampuan berfikir logis sebagai modal untuk mencapai tujuan, yaitu menjadi anggota yang dapat diandalkan.
Tiga aspek Pokok Yang ingin dicapai dalam pendidikan dasar yaitu :
1. MENTAL
Menyangkut semangat dan jiwa tidak kenal menyerah, percaya diri sendiri, berani ulet, tabah, cinta kepada alam dan tanah air, berjiwa persaudaraan. Penanaman dan kebanggaan jiwa korsa terhadap organisasi
2. FISIK
Menyangkut kesegaran jasmani,serta daya tahan tubuh yang menunjang kegiatan dialam terbuka.
3. KETERAMPILAN
Menyangkut pengetahuan, keterampilan serta pemahaman tentang ilmu kepecinta alaman.
Keanggotaan Mahatala
Anggota Muda
Anggota Penuh
Anggota Aktif
Anggota Kehormatan
Materi Pendidikan Dasar
• Keorganisasian dan kepemimpinan
• Navigasi darat
• Survival
• Botani dan zoologi praktis
• Mounteneering
• Pengenalan SAR
• Jurnalistik
• Sosial pedesaan
• PPGD
• Cara Hidup Di Alam Bebas
• Penyebrangan kering dan penyebrangan basah
• Pengenalan ORAD
• Pengenalan Rock Climbing
• Konservasi
• Perlengkapan perjalanan
• Kesehatan perjalanan
Angkatan Yang Ada Di MAHATALA
Pelopor
Badai Rimba
Tapak Rimba
Halimun Kumbara
Kumbang Layang
Wana Ranca
Sapta Kelana
Angin Lembah
Rasi Rimba
Panca Wana
Elang Bayu
Banyu Alam
Kabut Bayu
Elang Rawa
Surya Banyu
SELAMAT DATANG DI KAMPUS UNJANI
Tuesday, January 16, 2007
Gunung Ciremai
Gunung Ciremai (atau Ceremai, Cereme, Cerme, Careme) secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Posisi geografis puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut.
Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.
Kini G. Ciremai termasuk ke dalam kawasan (calon) Taman Nasional Gunung Ciremai, yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare.
* 1 Vulkanologi dan geologi
* 2 Jalur pendakian
* 3 Keanekaragaman hayati
o 3.1 Vegetasi
o 3.2 Margasatwa
Vulkanologi dan geologi
Gunung Ciremai termasuk gunungapi Kuarter aktif, tipe A (yakni, gunungapi magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600), dan berbentuk strato. Gunung ini merupakan gunungapi soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap – Kuningan dari kelompok gunungapi Jawa Barat bagian timur (yakni deretan Gunung Galunggung, Gunung Guntur, Gunung Papandayan, Gunung Patuha hingga Gunung Tangkuban Perahu) yang terletak pada Zona Bandung.
Ciremai merupakan gunungapi generasi ketiga. Generasi pertama ialah suatu gunungapi Plistosen yang terletak di sebelah G. Ciremai, sebagai lanjutan vulkanisma Plio-Plistosen di atas batuan Tersier. Vulkanisma generasi kedua adalah Gunung Gegerhalang, yang sebelum runtuh membentuk Kaldera Gegerhalang. Dan vulkanisma generasi ketiga pada kala Holosen berupa G. Ciremai yang tumbuh di sisi utara Kaldera Gegerhalang, yang diperkirakan terjadi pada sekitar 7.000 tahun yang lalu (Situmorang 1991).
Letusan G. Ciremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga letusan 1772, 1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Letusan uap belerang serta tembusan fumarola baru di dinding kawah pusat terjadi tahun 1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi letusan freatik di kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah seluas 52,500 km bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Pada tahun 1947, 1955 dan 1973 terjadi gempa tektonik yang melanda daerah baratdaya G. Ciremai, yang diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara – barat laut. Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G. Ciremai terjadi tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga Desa Cilimus di timur G. Ciremai.
Jalur pendakian
Puncak gunung Ciremai dapat dicapai melalui banyak jalur pendakian. Akan tetapi yang populer dan mudah diakses adalah melalui Desa Palutungan dan Desa Linggarjati di Kab. Kuningan, dan Desa Apuy di Kab. Majalengka. Satu lagi jalur pendakian yang jarang digunakan ialah melalui Desa Padabeunghar di perbatasan Kuningan dengan Majalengka di utara. Di kota Kuningan terdapat kelompok pecinta alam "Akar" yang dapat membantu menyediakan berbagai informasi dan pemanduan mengenai pendakian Gunung Ciremai.
Keanekaragaman hayati
Vegetasi
Hutan-hutan yang masih alami di Gunung Ciremai tinggal lagi di bagian atas. Di sebelah bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu dikelola sebagai kawasan hutan produksi Perum Perhutani, hutan-hutan ini telah diubah menjadi hutan pinus (Pinus merkusii), atau semak belukar, yang terbentuk akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan. Kini, sebagian besar hutan-hutan di bawah ketinggian … m dpl. dikelola dalam bentuk wanatani (agroforest) oleh masyarakat setempat.
Sebagaimana lazimnya di pegunungan di Jawa, semakin seseorang mendaki ke atas di Gunung Ciremai ini dijumpai berturut-turut tipe-tipe hutan pegunungan bawah (submontane forest), hutan pegunungan atas (montane forest) dan hutan subalpin (subalpine forest), dan kemudian wilayah-wilayah terbuka tak berpohon di sekitar puncak dan kawah.
Lebih jauh, berdasarkan keadaan iklim mikronya, LIPI (2001) membedakan lingkungan Ciremai atas dataran tinggi basah dan dataran tinggi kering. Sebagai contoh, hutan di wilayah Resort Cigugur (jalur Palutungan, bagian selatan gunung) termasuk beriklim mikro basah, dan di Resort Setianegara (sebelah utara jalur Linggarjati) beriklim mikro kering.
Secara umum, jalur-jalur pendakian Palutungan (di bagian selatan Gunung Ciremai), Apuy (barat), dan Linggarjati (timur) berturut-turut dari bawah ke atas akan melalui lahan-lahan pemukiman, ladang dan kebun milik penduduk, hutan tanaman pinus bercampur dengan ladang garapan dalam wilayah hutan (tumpangsari), dan terakhir hutan hujan pegunungan. Sedangkan di jalur Padabeunghar (utara) vegetasi itu ditambah dengan semak belukar yang berasosiasi dengan padang ilalang. Pada keempat jalur pendakian, hutan hujan pegunungannya dapat dibedakan lagi atas tiga tipe yaitu hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan atas dan vegetasi subalpin di sekitar kawah. Kecuali vegetasi subalpin yang diduga telah terganggu oleh kebakaran, hutan-hutan hujan pegunungan ini kondisinya masih relatif utuh, hijau dan menampakkan stratifikasi tajuk yang cukup jelas.
Margasatwa
Keanekaragaman satwa di Ciremai cukup tinggi. Penelitian kelompok pecinta alam Lawalata IPB di bulan April 2005 mendapatkan 12 spesies amfibia (kodok dan katak), berbagai jenis reptil seperti bunglon, cecak, kadal dan ular, lebih dari 95 spesies burung, dan lebih dari 20 spesies mamalia.
Beberapa jenis satwa itu, di antaranya:
o Bangkong bertanduk (Megophrys montana)
o Percil Jawa (Microhyla achatina)
o Kongkang Jangkrik (Rana nicobariensis)
o Kongkang kolam (Rana chalconota)
o Katak-pohon Emas (Philautus aurifasciatus)
o Bunglon Hutan (Gonocephalus chamaeleontinus)
o Cecak Batu (Cyrtodactylus sp.)
o Elang Hitam (Ictinaetus malayensis)
o Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus)
o Elang Jawa (Spizaetus bartelsi)
o Puyuh-gonggong Jawa (Arborophila javanica)
o Walet Gunung (Collocalia vulcanorum) [masih perlu dikonfirmasi]
o Takur Bultok (Megalaima lineata)
o Takur Tulung-tumpuk (Megalaima javensis)
o Berencet Kerdil (Pnoepyga pusilla)
o Anis Gunung (Turdus poliochepalus)
o Tesia Jawa (Tesia superciliaris)
o Ceret Gunung (Cettia vulcania)
o Kipasan Ekor-merah (Rhipidura phoenicura)
o Burung-madu Gunung (Aethopyga eximia)
o Burung-madu Jawa (Aethopyga mystacalis)
o Kacamata Gunung (Zosterops montanus)
o Tenggiling (Manis javanica)
o Tupai kekes (Tupaia javanica)
o Kukang (Nycticebus coucang)
o Lutung Surili (Presbytis comata)
o Lutung Budeng (Trachypithecus auratus)
o Ajag (Cuon alpinus)
o Teledu Sigung (Mydaus javanensis)
o Kucing Hutan (Prionailurus bengalensis)
o Macan Tutul (Panthera pardus)
o Kancil (Tragulus javanicus)
o Kijang (Muntiacus muntjak)
o Jelarang Hitam (Ratufa bicolor)
o Landak Jawa (Hystrix javanica)
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.