MAHATALA - Pelopor, Badai Rimba, Tapak Rimba, Halimun Kumbara, Kumbang Layang, Wana Ranca, Sapta Kelana, Angin Lembah, Rasi Rimba, Panca Wana, Elang Bayu, Banyu Alam, Kabut Bayu, Elang Rawa, Surya Banyu-

Thursday, January 25, 2007

KINABALU 4101mdpl


Berbeda dengan Jawa, Sumatera, dan Nusa Tenggara, yang bentang alamnya didominasi oleh deretan gunung berapi, Kalimantan (Borneo) hanya mempunya sangat sedikit gunung, dan itu pun bukan gunung api. Namun, salah satu dari yang sedikit itu, yakni Kinabalu, mempunyai puncak yang justru lebih tinggi dari deretan gunung api tersebut. Gunung Kinibalu mempunyai ketinggian 4.101 meter mdpl.

Gunung Kinabalu terletak di sebelah utara pulau Kalimantan, tepatnya di Taman Nasional Kinabalu, Sabah, Malaysia. Taman ini berjarak 90 km dari kota Kinabalu,dapat ditempuh dengan menggunakan minibus jurusan Kinabalu - Ranau turun di Taman Nasional Kinabalu.

Dijuluki sebagai "Puncak Borneo", Kinabalu merupakan gunung yang menjulang di atas dataran pantai barat laut Sabah, dan berada di antara dua gunung "pengawal" yang mengapit yakni Tambuyukon (2.576 meter) dan Trus Madi (2.597 meter). Dengan ketinggian 4.101 meter, Kinabalu menjadi gunung tertinggi kedua di Asia Tenggara, di bawah puncak-puncak tertutup salju di Papua.

Bagi pendaki, perjalanan ke puncak Kinabalu merupakan pengalaman yang mempesona karena melalui kumpulan vegetasi yang berbeda-beda. Di bawah 1.300 meter, hutan Dipterocarpaceae dataran rendah dan perbukitan tampak mendominasi. Selanjutnya, di sekitar Kantor Pusat Taman Nasional (1.554 meter di atas permukaan laut), hutan didominasi oleh pohon sarangan Castanopsis, yang merupakan tempat hunian sejumlah besar burung dan bajing yang sangat jinak. Hutan ini agak kurang kaya, namun masih dapat ditemui 40 jenis pepohonan sepanjang jalan sejak Kantor Taman Nasional.

Saat mendaki, mulai dari Timpohan Gate (1.830 meter) sesuai aturan dari Kantor Taman Nasional, pendaki akan ditemani oleh guide yang berpengalaman, berlisensi dan juga pandai berbahasa Inggris. Satu guide akan melayani kurang lebih lima orang. Keistimewaannya, mereka sangat mengenal nama dan karakter flora dan fauna sepanjang jalur yang dilewati. Pendaki dipersilakan untuk bertanya sepuasnya tentang Gunung Kinabalu.
niknya lagi, para pendaki tidak perlu membawa perlengkapan yang banyak dalam mendaki Kinabalu karena fasilitas lengkap telah tersedia di pos-pos perhentian. Agaknya, hal tersebut dilakukan sebagai antisipasi terhadap bahaya pencemaran (sampah) dan gangguan terhadap habitat asli di Gunung Kinabalu (pembakaran, perburuan hewan, pencabutan, penebangan kayu, pembabatan tumbuhan, dan lain-lain).

Selepas Timpohan Gate, jalur ke puncak melingkar sepanjang punggung selatan gunung, melalui Medang Hostel (1.885 meter), Pondok Kandis (1.981 meter), Pondok Ubah (2.059 meter), Pondok Mempening (2.518 meter), dan Pondok Layang (2.621 meter). Keseluruhannya 8,5 km melalui jalan selebar gerobak yang bertingkat-tingkat sejak hutan pasang yang kaya, menuju ke hutan lumut dan hutan Rhododedron. Di daerah Medang Hostel jika cuaca cerah, pendaki dapat melihat bentuk Gunung Kinabalu yang khas dengan puncak-puncak yang bergerigi.
Selepas Pondok Layang, pendaki akan melewati jalan curam menuju Pondok Villosa (2.942 meter), kemudian menuju Pondok Paka (3.072 meter), hingga akhirnya sampai ke Laban Rata (3.353 meter). Di sinilah biasanya pendaki bermalam hari pertama, biasanya di Penginapan Panar Lahan.

Suasana Panar Lahan ini benar-benar sangat modern, dengan pasokan gas dan listrik yang dialirkan dari bawah, sehingga pendaki akan merasa sangat dimanjakan. Bagi yang tiba sore hari, di balkon penginapan, mereka dapat duduk bersantai melihat pemandang-an hutan tropis berkabut, sambil menikmati secangkir kopi atau teh panas yang tersedia di kantin penginapan.

Subuhnya, perjalanan akan dilanjutkan dengan mendaki anak-anak tangga akar gelam bukit yang berbenjol-benjol sampai ke Sayat Sayat (3.810 meter). Setelah itu dengan batuan tali-tali yang terpasang dengan kuat sebagai panduan dan pegangan, pendaki akan melalui dataran tinggi granit guna mencapai Puncak Low (4.101 meter), dan biasanya diusahakan saat Matahari terbit.


Selain Puncak Low, Kinabalu juga mempunyai empat puncak lain, yakni South Peak (3.921 meter), Oyayubi Peak (3.975 meter), St John Peak (4.090 meter), dan Victoria Peak (4.094 meter). Namun, puncak yang biasa didatangi hanyalah Puncak Low.

Dari Puncak Low, jika memandang ke arah Timur Laut, terbentang luas Low's Gully yang dalam dan artistik, yakni suatu ngarai menganga dengan kedalaman lebih dari 1,5 kilometer dan lebar satu kilometer yang membagi Gunung Kinabalu menjadi dua bagian. Dasar jurang ini tampak sangat jauh karena posisinya lebih rendah dari Panar Laban. Di arah Barat, tampak di kejauhan bandar-bandar seperti Tuaran, Kota Belud dan Kota Kinabalu. Bahkan jika cuaca cerah, Laut Cina Selatan akan terlihat dengan jelas membentang dari barat ke timur dengan luasnya.

Memandang ke utara, pendaki akan melihat Gunung Tambuyukon yang misterius berselimutkan kabut dan awan yang bergulung seperti hamparan ombak. Sedang ke arah selatan, tampak Gunung Trus Madi yang setia mendampingi, juga dengan balutan putih awan dan kabut yang menutupi hutan hijau pegunungan di gunung tersebut.
Selain mendapat keindahan pemandangan pagi di puncak saat Matahari bersinar, pada malamnya, yang dingin dan terang, lapisan es akan terbentuk di Kolam Harapan di kaki Puncak Low, dan ini merupakan suguhan keunikan tersendiri di gunung tropis tersebut. Selain di puncak, di sinilah para pendaki biasanya menuangkan segala harapan dan permohonannya. Dengan kekayaan hayati dan sentuhan petualangannya yang memikat, tak bisa dipungkiri, Kinabalu memang mempesona.

Menurut penelitian, Kinabalu merupakan "gunung non-api" termuda di dunia yang telah terbentuk penuh. Gunung ini merupakan hasil intrusi granit yang terbentuk 15 juta tahun lalu oleh suatu bola raksasa yang mengeras dari batuan meleleh (pluton) yang tertekan di bawah batuan endapan kala Jajaran Croker. Oleh gerakan-gerakan tektonik sejuta tahun lalu, pluton tersebut kemudian terdesak ke atas guna menyusun badan gunung. Bahkan, proses ini sampai sekarang masih terus berlanjut sehingga Gunung Kinabalu tumbuh setengah centimeter setiap tahun.

Selanjutnya, selama kala Pleistosen, sungai-sungai es menutupi puncak gunung, menggesek dan melicinkan dataran tinggi granit, dan hanya meninggalkan puncak yang bergerigi di atas lapisan es. Akibatnya, seperti ditemukan di Gua Paka, ketinggian 3.250 meter, terdapat kumpulan batu-batu besar dari berbagai ukuran yang menandai moraine (bentukan oleh bagian depan sungai es yang bergerak maju). Kemudian, kurang lebih 10.000 tahun lalu lapisan es mencair dan sejak itu cuaca dan hujan memahat tebing-tebing gunung lebih lanjut untuk menciptakan puncak-puncak terukir dan jurang-jurang dalam yang menawan.



Bahan-bahan dari:

- KOMPAS, Jumat, 12 Juli 2002.

FT Handi Feryandi Mounteneerer, mahasiswa Teknik Geodesi UGM

- Ministry of Culture, Arts and Tourism Malaysia.

National Parks Of Malaysia

Read More......

Wednesday, January 17, 2007



Carstensz Pyramid – Sunrise from Base Camp. After night Carstensz Pyramid is down the ice. Photo©PetrJaho­da.com (Carstensz Pyramid & Papua Guide)

Carstensz Pyramid

Carstensz Pyramid is the highest mountain in Australia and Oceania. It is the eight summit in the Seven summits project (7 summits on 7 tallest mounatins on 7 Continets). Carstensz Pyramid is situated in west Papua (now named Papua province Indonesia). This Indonesian Province was called Irian Jaya till 2005. It lies in New Guinea, which is the world’s second largest island.

Carstensz Pyramid or Puncak Jaya or Jaya Kesuma?

Carstensz Pyramid, called Puncak Jaya by some, and Puncak Jaya Kesuma or only Jaya Kesuma by others, is located to the west of the central highland called Jayawijaya and Sudirman Mountains. It is the tallest mountain in Australia and Oceania. Technically this means that Carstensz Pyramid is the tallest mountain between America and the Himalayas.
Illustration map of Glaciers. The name of Carstensz Pyramid is readable - Puncak Jaya Kesuma

Officially it carries the name of its discoverer – of John Carstensz, who was a Dutch sea-farer. In 1623 he brought news to Europe about the snowbound mountain right on the equator, but no one believed him. He was the first European to see Carstensz Pyramid with his own eyes.

Indonesian communists called it Puncak Jaya (the summit of victory), even though this name belonged to a different summit which was considered to be the highest (Nga Pulu). Yet another name for Carstensz Pyramid which is also often used, is Jaya Kesuma. This name is used in books published by Mapala University. However, these days Indonesia uses (rather inconsistently) both names of the mountain – Carstensz Pyramid and Puncak Jaya.

Sometimes you can run into misspelled „names“ used when referring to the Carstensz Pyramid, these include Karstens , Carstens*, Carstenz, Carstenzs, Karstensz,Kar­stenz** or Piramid. However, these all are typos. The only correct name is Carstensz Pyramid. Sometimes, the second name for Carstensz Puncak Jaya is mispelled and following incorrect forms are used instead: Puncak Jaja or Puncak Jaia. The most frequent typos are undoubtedly Karstens and Carstens. The former typo stems from the name of the Carstensz Pyramid discoverer, who is sometimes spelled as Jan Karstens.
The Question of Carstensz Pyramid’s height

The officially recognized height of the Carstensz Pyramid is 4884 m (16023 feet some sources claim 16013 feet). Despite that many sources still claim its height is 5030 meters (16503 ft). Australian navigational air maps quote 16503 feet (5030 meters). Still, in 1994, the height of the world recognized publisher of maps and guides from Verlag noted on the map “Indonesien Ost” the height 5030 m.

All our equipment (both altimeters and GPS’s) showed its height lower than 5000 meters (16400 feet) at the top of the Carstensz Pyramid. Therefore, in line with other reputable mountaineers, we denote the official height of Carstensz Pyramid 4884 meters (16023 feet). However, we are still in doubt about the reasons behind air navigational maps and Verlag being wrong.
Snow mountains on the equator?

Carstensz Pyramid – Puncak Jaya (4884 m, 16023 ft), Puncak Mandala (4640m, 15223 ft), and Puncak Trikora (4730m, 15518 ft), are the three tallest and most well known mountains of west Papua. Carstensz Pyramid is the tallest of them, and it belongs to the Snow Mountains (Pegunungan Maoke in the local language). They are situated in the west of the central highland Jayawijaya.

The legendary tropical Snow Mountains are situated in the middle of endless jungles in West Papua. They are the logical ending of Cembalo Plato. Out of the three mentioned mountains, only Carstensz pyramid belongs among them. Although the massif of the Snow Mountains is not too high, and it lies 4 degrees south of the equator, it contains four relatively large glaciers. The largest of them is not the Carstensz Glacier, but Meren Glacier which fringes the Nga Pulu peak (4862 m, 15951 ft). Some Indonesians call this peak Puncak Jaya, because it was long considered to be the highest peak of Papua.

And where does the name Snow Mountains come from? There are not only glaciers on the summits, but the reason is also the fact that snowing is not unusual there. Tropical snow storm often bring snow to areas situated as high as 4000 m (13123 ft).
Graceful wall of Carstensz Pyramid


Sumber :www.Carstenszpapua.com

Read More......

MAHATALA

Semut Kecil Di Tengah Belantara

Sejarah Singkat Mahatala
Prakarsa pendirian organisasi Pecinta Alam (PA) di Kampus II UNJANI Bandung mulai dibicarakan dan direncanakan sejak tahun 1979 oleh kurang lebih 6 orang mahasiswa AIL.Saat itu nama kampus II UNJANI adalah Akademi Ilmu Logam
Karena sesuatu dan lain hal para pemrakarsa memilih untuk mengikuti pendidikan dasar dan menjadi anggota perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung WANADRI
Periode 1986, perencanaan untuk mendirikan organisasi PA di lingkungan kampus mulai dibicarakan lagi saat itu kampus telah berganti nama lagi menjadi STTIB

Pada bulan Desember 1986 pendidikan dasar dilaksanakan dengan jumlah anggota 19 orang, diantaranya 14 orang dari teknik Metalurgi dan 5 orang dari Teknik Managemen Industri. Pendidikan dasar ini baik teori maupun praktek lapangan ditangani sepenuhnya oleh PPG WANADRI.angkatan pertama ini disebut PELOPOR
Pada tanggal 19 Juli 1987 bersamaan dengan kegiatan seminar nasional MAHATALA yang bernama “EVAKUASI KECELAKAAN PADA PENDAKIAN GUNUNG HUTAN”,dilaksanakan peresmian
berdirinya MAHATALA yang berkedudukan di kampus STTIB(sekarang UNJANI) dengan dasar surat keputusan dari rektor STTIB.
Setelah melewati proses waktu yang panjang dengan berlandaskan semangat kebersamaan, kekeluargaan, setia kawan, serta rasa persaudaraan yang erat dan dinamis sampai saat ini MAHATALA tetap tegar dibawah panji-panji kebersamaan MAHATALA yang kharismatik, dengan selalu mengakrabi alam, mengingatkan keindahan yang begitu mahal dan klasik.
Gimana sich caranya masuk MAHATALA?
Untuk masuk menjadi keanggotaan Mahatala,calon siswa mahatala harus lulus Pra PD dan PD Mahatala
Pendidikan Dasar adalah jenjang untuk meletakan dasar-dasar mental, kemampuan fisik dan kemampuan berfikir logis sebagai modal untuk mencapai tujuan, yaitu menjadi anggota yang dapat diandalkan.
Tiga aspek Pokok Yang ingin dicapai dalam pendidikan dasar yaitu :
1. MENTAL
Menyangkut semangat dan jiwa tidak kenal menyerah, percaya diri sendiri, berani ulet, tabah, cinta kepada alam dan tanah air, berjiwa persaudaraan. Penanaman dan kebanggaan jiwa korsa terhadap organisasi
2. FISIK
Menyangkut kesegaran jasmani,serta daya tahan tubuh yang menunjang kegiatan dialam terbuka.
3. KETERAMPILAN
Menyangkut pengetahuan, keterampilan serta pemahaman tentang ilmu kepecinta alaman.

Keanggotaan Mahatala
Anggota Muda
Anggota Penuh
Anggota Aktif
Anggota Kehormatan

Materi Pendidikan Dasar

• Keorganisasian dan kepemimpinan
• Navigasi darat
• Survival
• Botani dan zoologi praktis
• Mounteneering
• Pengenalan SAR
• Jurnalistik
• Sosial pedesaan
• PPGD
• Cara Hidup Di Alam Bebas
• Penyebrangan kering dan penyebrangan basah
• Pengenalan ORAD
• Pengenalan Rock Climbing
• Konservasi
• Perlengkapan perjalanan
• Kesehatan perjalanan

Angkatan Yang Ada Di MAHATALA

Pelopor
Badai Rimba
Tapak Rimba
Halimun Kumbara
Kumbang Layang
Wana Ranca
Sapta Kelana
Angin Lembah
Rasi Rimba
Panca Wana
Elang Bayu
Banyu Alam
Kabut Bayu
Elang Rawa
Surya Banyu

SELAMAT DATANG DI KAMPUS UNJANI




Read More......

Tuesday, January 16, 2007

Gunung Ciremai


Gunung Ciremai (atau Ceremai, Cereme, Cerme, Careme) secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Posisi geografis puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut.
Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.

Kini G. Ciremai termasuk ke dalam kawasan (calon) Taman Nasional Gunung Ciremai, yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare.
* 1 Vulkanologi dan geologi
* 2 Jalur pendakian
* 3 Keanekaragaman hayati
o 3.1 Vegetasi
o 3.2 Margasatwa

Vulkanologi dan geologi

Gunung Ciremai termasuk gunungapi Kuarter aktif, tipe A (yakni, gunungapi magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600), dan berbentuk strato. Gunung ini merupakan gunungapi soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap – Kuningan dari kelompok gunungapi Jawa Barat bagian timur (yakni deretan Gunung Galunggung, Gunung Guntur, Gunung Papandayan, Gunung Patuha hingga Gunung Tangkuban Perahu) yang terletak pada Zona Bandung.
Ciremai merupakan gunungapi generasi ketiga. Generasi pertama ialah suatu gunungapi Plistosen yang terletak di sebelah G. Ciremai, sebagai lanjutan vulkanisma Plio-Plistosen di atas batuan Tersier. Vulkanisma generasi kedua adalah Gunung Gegerhalang, yang sebelum runtuh membentuk Kaldera Gegerhalang. Dan vulkanisma generasi ketiga pada kala Holosen berupa G. Ciremai yang tumbuh di sisi utara Kaldera Gegerhalang, yang diperkirakan terjadi pada sekitar 7.000 tahun yang lalu (Situmorang 1991).
Letusan G. Ciremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga letusan 1772, 1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Letusan uap belerang serta tembusan fumarola baru di dinding kawah pusat terjadi tahun 1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi letusan freatik di kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah seluas 52,500 km bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Pada tahun 1947, 1955 dan 1973 terjadi gempa tektonik yang melanda daerah baratdaya G. Ciremai, yang diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara – barat laut. Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G. Ciremai terjadi tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga Desa Cilimus di timur G. Ciremai.
Jalur pendakian
Puncak gunung Ciremai dapat dicapai melalui banyak jalur pendakian. Akan tetapi yang populer dan mudah diakses adalah melalui Desa Palutungan dan Desa Linggarjati di Kab. Kuningan, dan Desa Apuy di Kab. Majalengka. Satu lagi jalur pendakian yang jarang digunakan ialah melalui Desa Padabeunghar di perbatasan Kuningan dengan Majalengka di utara. Di kota Kuningan terdapat kelompok pecinta alam "Akar" yang dapat membantu menyediakan berbagai informasi dan pemanduan mengenai pendakian Gunung Ciremai.

Keanekaragaman hayati

Vegetasi

Hutan-hutan yang masih alami di Gunung Ciremai tinggal lagi di bagian atas. Di sebelah bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu dikelola sebagai kawasan hutan produksi Perum Perhutani, hutan-hutan ini telah diubah menjadi hutan pinus (Pinus merkusii), atau semak belukar, yang terbentuk akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan. Kini, sebagian besar hutan-hutan di bawah ketinggian … m dpl. dikelola dalam bentuk wanatani (agroforest) oleh masyarakat setempat.
Sebagaimana lazimnya di pegunungan di Jawa, semakin seseorang mendaki ke atas di Gunung Ciremai ini dijumpai berturut-turut tipe-tipe hutan pegunungan bawah (submontane forest), hutan pegunungan atas (montane forest) dan hutan subalpin (subalpine forest), dan kemudian wilayah-wilayah terbuka tak berpohon di sekitar puncak dan kawah.
Lebih jauh, berdasarkan keadaan iklim mikronya, LIPI (2001) membedakan lingkungan Ciremai atas dataran tinggi basah dan dataran tinggi kering. Sebagai contoh, hutan di wilayah Resort Cigugur (jalur Palutungan, bagian selatan gunung) termasuk beriklim mikro basah, dan di Resort Setianegara (sebelah utara jalur Linggarjati) beriklim mikro kering.
Secara umum, jalur-jalur pendakian Palutungan (di bagian selatan Gunung Ciremai), Apuy (barat), dan Linggarjati (timur) berturut-turut dari bawah ke atas akan melalui lahan-lahan pemukiman, ladang dan kebun milik penduduk, hutan tanaman pinus bercampur dengan ladang garapan dalam wilayah hutan (tumpangsari), dan terakhir hutan hujan pegunungan. Sedangkan di jalur Padabeunghar (utara) vegetasi itu ditambah dengan semak belukar yang berasosiasi dengan padang ilalang. Pada keempat jalur pendakian, hutan hujan pegunungannya dapat dibedakan lagi atas tiga tipe yaitu hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan atas dan vegetasi subalpin di sekitar kawah. Kecuali vegetasi subalpin yang diduga telah terganggu oleh kebakaran, hutan-hutan hujan pegunungan ini kondisinya masih relatif utuh, hijau dan menampakkan stratifikasi tajuk yang cukup jelas.

Margasatwa

Keanekaragaman satwa di Ciremai cukup tinggi. Penelitian kelompok pecinta alam Lawalata IPB di bulan April 2005 mendapatkan 12 spesies amfibia (kodok dan katak), berbagai jenis reptil seperti bunglon, cecak, kadal dan ular, lebih dari 95 spesies burung, dan lebih dari 20 spesies mamalia.

Beberapa jenis satwa itu, di antaranya:

o Bangkong bertanduk (Megophrys montana)
o Percil Jawa (Microhyla achatina)
o Kongkang Jangkrik (Rana nicobariensis)
o Kongkang kolam (Rana chalconota)
o Katak-pohon Emas (Philautus aurifasciatus)
o Bunglon Hutan (Gonocephalus chamaeleontinus)
o Cecak Batu (Cyrtodactylus sp.)
o Elang Hitam (Ictinaetus malayensis)
o Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus)
o Elang Jawa (Spizaetus bartelsi)
o Puyuh-gonggong Jawa (Arborophila javanica)
o Walet Gunung (Collocalia vulcanorum) [masih perlu dikonfirmasi]
o Takur Bultok (Megalaima lineata)
o Takur Tulung-tumpuk (Megalaima javensis)
o Berencet Kerdil (Pnoepyga pusilla)
o Anis Gunung (Turdus poliochepalus)
o Tesia Jawa (Tesia superciliaris)
o Ceret Gunung (Cettia vulcania)
o Kipasan Ekor-merah (Rhipidura phoenicura)
o Burung-madu Gunung (Aethopyga eximia)
o Burung-madu Jawa (Aethopyga mystacalis)
o Kacamata Gunung (Zosterops montanus)
o Tenggiling (Manis javanica)
o Tupai kekes (Tupaia javanica)
o Kukang (Nycticebus coucang)
o Lutung Surili (Presbytis comata)
o Lutung Budeng (Trachypithecus auratus)
o Ajag (Cuon alpinus)
o Teledu Sigung (Mydaus javanensis)
o Kucing Hutan (Prionailurus bengalensis)
o Macan Tutul (Panthera pardus)
o Kancil (Tragulus javanicus)
o Kijang (Muntiacus muntjak)
o Jelarang Hitam (Ratufa bicolor)
o Landak Jawa (Hystrix javanica)


Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Read More......

Taman Nasional Alas Purwo

TAMAN NASIONAL ALAS PURWO
Alamat : Jl. Jenderal A. Yani No. 108
Banyuwangi 68416, Jawa Timur
Telp./Fax. (0333) 24119
No. Frekuensi SSB : 75.650 Mhz

Ditunjuk sebagai taman nasional sejak tahun 1993 dengan luas wilayahnya sekitar 43.420 ha.
Secara administratif pemerintahan termasuk Kecamatan Muncar, Purwoharjo
dan Tegal Delimo, Kabupaten Banyuwangi Propinsi Dati I Jawa Timur.

Cara mencapai lokasi :
Banyuwangi - Kalipait, 59 km (Roda 4/roda 2).
Kalipait - Trianggulasi, 15 km (Roda 4/roda 2).
Potensi Kawasan : Keadaan topografi
bergelombang sampai datar dengan puncak tertinggi G. Linggamanis (± 322 m dpl). Ketinggian tempat antara 0-322 m dpl, iklimnya termasuk tipe B dengan curah hujan antara 1.000-1.500 mm/tahun. Kunjungan terbaik pada bulan Maret s/d Oktober. Kawasan ini terdiri dari hutan mangrove, hutan pantai, hutan tanaman, hutan bambu dan terumbu karang. Jenis-jenis flora yang ada antara lain ketapang Terminalia cattapa, nyamplung Calophylum inophylum, kepuh Sterculia foetida, keben Baringtonia asiatica, sawo kecik Manikara kauki dan lain.lain. Satwa yang ada antara lain Banteng Bos javanicus, Ajag Cuon alpinus, Kijang Muntiacus muntjak, Rusa Cervus timorensis, Lutung Presbytis cristata, Burung merak Pavo muticus, Ayam hutan Gallus sp, Penyu lekang Olive ridely turtle, Penyu belimbing (Dermochelys coriacea, Penyu sisik Eretmochelys imbricata, Penyu hijau Chelonia mydas, juga pada periode bulan Oktober-Desember dapat dilihat sekitar 16 species burung yang berimigrasi dari Australia. Kegiatan yang ditawarkan : Berselancar di Plengkung Pengamatan satwa Menyelusuri gua Berkemah Wisata budaya Fasilitas yang tersedia :
Kantor, pondok kerja, bumi perkemahan, shelter, menara pandang dan lain-lain.
Informasi lainnya : Ada pengusahaan pariwisata alam (PT. Plengkung Indah Wisata dan PT. Wana Wisata Alam Hayati)

sumber :Dephut

Read More......

Sunday, January 14, 2007

Mabim Rock Climbing

Beberapa bait kata – kata kemudian muncul dari benakku ketika kudapati tebing – tebing yang tepat berada di depan tubuhku menatap dengan perkasa.
Pagi hari, Jumat 7 Juli 2006 pukul 10.00 pagi, aku bersama ke empat temanku,
yaitu Beto Laga Koda (Dede Ardiansyah), Ngomi Majitu (M. Abung Hashomy), Pekobili Lewa (Joris S.S)
beserta satu orang instruktur Rockclimbing, yaitu Anyun Racip (Yudi Darwin P) yang juga menjabat sebagai KS (Kepala suku),
Jumat pagi itu kuawali dengan Packing peralatan

Rockclimbing dan tentunya Packing peralatan pribadiku, setelah melakukan checklist ulang semua peralatan yang akan dibawa, Aku kemudian mencoba cerrier (ransel) menuju ke depan dinding, ternyata lumayan juga, berat maksudnya, yah pasti lah isinyakan alat-alat Rock Climbing, kayak kermantel, hardness, karabiner, descender, hexentrik, fren, jumar, cholkbag, magnesium, dll. Seperti biasa, temanku Ngomi menempelkan surat Laporan Perjalanan untuk pemberitahuan di mading MAHATALA, lalu kami semua berpose di depan dinding sebelum keberangkatan, biasa pemotretan….kemudian kami melakukan rutinitas sebelum menuju tempat tujuan, yaitu Push – up satu seri, yah… pemanasan gituh….
Catatan Jurnal Pekobili Lewa

“Oke…”.Mungkin itu kata awal dari perjalananku, Namaku Pekobili Lewa (Joris Stanley Simanjuntak) Aku pergi menuju Citatah untuk mengikuti MABIM (Masa bimbingan) ROCK CLIMBING, mudah – mudahan kisahku kali ini bisa bermanfaat bagi rekan – rekan yang ingin mengunjungi Citatah – Padalarang.
Kami berangkat pukul 10.10 pagi dengan perjalanan menaiki angkot menuju staiun KA di Kiaracondong, kemudian naik kereta api KRD, menuju Padalarang. Saat ini Aku tidak tau apa yang sedang kufikirkan, tapi satu alas an yang buatku ingin sekali mengikuti mabim ini, yakni pengembangan diri sendiri.
Saat yang menarik dalam perjalanan menuju Citatah – Padalarang adalah Bugi Takra rekan satu angkatanku selalu memberikan cerita unik sepanjang perjalanan sehingga setiap perjalanan selalu teriring senyum bahkan tertawa lepas yang selalu akan terkenang.
Ucap syukur kepada Tuhan, karena Aku bisa mendengar, melihat dan merasakan keindahan alam yang diciptakannya, Aku hanyalah manusia biasa, tapi seperti dalam filmnya Soe Hok Gie “ Tak pernah berhenti berjuang, pecahkan teka – teki malam…”. Tebing yang kulihat tepat dihadapanku begitu gagah tampak tak bisa tergoyahkan, begitu keras ketika kusentuh namun begitu lembut dia memandangku.
Waktu berjalan seiring dengan langkah kami disini, tapat pukul 12.10 kami tiba di lokasi, kami kemudian mengeluarkan perbekalan dan perlengkapan kami, disini kami membagi tugas, ada yang memasang tenda, mengambil air, memasak dan mempersiapkan peralatan pemanjatan sedangkan Aku beserta Bugi melapor kepada RT untuk memberitahukan keberadaan dan tujuan kami, namun kami menunggu terlebih dahulu untuk makan walaupun makanan telah siap disantap, karena teman kami Ngomi Majitu sedang sholat dzuhur dlu, setelah beberapa saat Ngomi kembali ke Camp barulah kita makan siang, menu makan siang kali ini adalah telor dadar, sarden dan mie instant.Setelah makan
Tak lama kemudian, Kami melihat beberapa orang menuju Camp kami yang letaknya tepat di depan Tebing, ternyata mereka Pecinta Alam dari Yogyakarta dan Jakarta, namun mereka tidak Ngecamp seperti kita, karena tujuan mereka hanya akan mengambil Gambar (foto dan film) untuk pemutaran film di kampusnya Bina nusantara Jakarta, untuk perkenalan UKM mereka kepada Mahasiswa baru.Wah……ternyata UKM Pecinta di Bina Nusantara Jakarta banyak cuewueknya euy… cuci mata dikit, disana ceweknya pada Refling ,jadi kalo cewek ikutan MAHATALA,…ya… Siapa Takut gitu loh…Setelah itu KS (Kepala Suku) MAHATALA, yaitu Anyun Racip (Yudi Darwin.P) yang pada Mabim ini posisinya sebagai instruktur Rock Climbing, memberikan untuk mempersiapkan peralatan pemanjatan, kemudian kami disuruhnya untuk menggunakan Hardnes (Pengaman tubuh), kemudian kami melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum melakukan pemanjatan yang fungsinya untuk melemaskan otot-otot kita, agar pemanjatan bisa bejalan dengan baik. Instuksi selanjutnya dari Instruktur adalah Pengenalan pengaman sisip, seperti Fren, Hexentrik, Stoper, Angel, Seling, Prusik, dll. Anyun memberi contoh pada kami bagaimana cara penggunaan pengaman sisip, lalu kamipun mencobanya satu persatu.
Arti tebing buatku sangat luas, mungkin akan sedikit kudeskripsikan arti Tebing untuku:
Tebing merupakan keindahan alam selain gunung, Tebing menjadikan wadah untuk berinspirasi, Tebing memiliki keunikan dan kepuasan pribadi, Tebing…Tebing…panggilannya Tebing Citatah. Suatu pengembangan mental dan sikap yang di tunjukannya kepada setiap pendakinya, Tebing sahabat kita jadikan kita sebagai pelestarinya, sungguh menakjubkan Bentuknya menjadikan alam tampak sempurna, Tebing…jangan rapuh tetap kokoh selalu, Setiap orang kan menjenguk keindahanmu, Tebing… artimu amat luas isinya penuh dengan pesona, Hempaskan setiap keistimewaannya, Tebing…julukanmu membuat penasaran kepada pemanjat. Lorong yang gelap, terjalnya bebatuan, Hadirkan seribu cerita didalamnya, jadikan tempat yang aman dan istimewa bahkan bersama teman teristimewa.
Catatan Jurnal Ngomi Majitu

Pukul 20.00 WIB, kami mulai memasak dan membuat perapian didiringi canda tawa Geng “M”, seperti biasa menu makan malam kali ini agak sedikit special, yaitu Nasi liwet, Ikan kere,sambel terasi dan tentunya… Jengkol (Makanan pokok yang harus selalu dibawa geng “M” kemanapun kami pergi, karena makanan ini adalah makanan favorit KS kami tercinta yang sampai kini masih menjomblo) minumannya adlah the manis, kopi dan air putih panas, oh.. iya… rekan-rekan perlu diketahui jika kita memasak air yang kita ambil di sekitar Citatah, ketika matang rasa serta warnanya tidak sebening air yang biasa kita minum di Bandung karena air di wilayah Citatah masih mengandung banyak kapur, sehingga warnanya agak keputih-putihan, jadi kalo pengen rasanya ga jadi aneh tambahin teh, kopi, nutrisari setelah matang atau disaring terlebih dahulu sebelum dimasak.
Setelah kami selesai menyantap makan malam yang sangat nikmat ini, kami Breafing serta Evaluasi mengenai materi yang diberikan instruktur siang tadi, yaitu pemasangan pengaman sisip, kebanyakan masalah yang dihadapi adalah penempatan pengaman sisip, karena kami masih bingung, maklum baru pertama kali manjat tebing beneran, tapi, instruktur memberikan solusi seperti ini… “karena pengaman sisip jenisnya cukup banyak, kami bisa mencocokan satu persatu, biasanya celah yang ukurannya besar bisa kita gunakan pengaman prusik atau seling, sedangkan celah – celah kecil yang menjorok kedalam bisa kita gunakan fren, stopper atau hexentrik, sedangkan jika kita tidak menemukaan celah baik yang besar ataupun kecil kita bisa menggunakan angel” begitulah solusi yang dikemukakan instruktur kami, mudah-mudahan kami bisa melaksanakannya besok, lanjut kemasalah yang kedua, yaitu kami, terutama Aku (Ngomi Majitu) masih merasa grogi takut jatuh, dan solusi yang diberikan instruktur adalah “ Kita harus memasang pengaman dengan baik dan mengetes pengaman itu hingga beberapa kali sampai kita merasa yakin bahwa pengaman itu aman untuk digunakan, selain itu Percaya Diri adalah hal yang paling utama yang harus dimiliki oleh seorang pemanjat” itulah jawaban dari instruktur yang juga KS kami Anyun Racip, thanks KS …Aku harus lebih Percaya Diri dalam pemanjatan besok. Akhirnya evaluasi kami akhiri dengan minum kopi plus teh manis, kemudian kami menulis jurnal yang ditugaskan oleh Ka.DIV.Jurnalistik, yaitu Rato Ecal (NongQy) sambil bercanda tawa, Aku jadi teringat akan kelakuak rekan seperjuanganku Pekoboli Lewa yang biasa kami panggil Konyal, Dia kirim SMS ke cewe yang dia kenal dia angkot Padalarang tadi siang, walaupun sudah bersuami, konyal tetep aja PD buat ngeSMS si Mbak tadi, tapi SMS Konyal bersmbut, dijawabnya oleh si Mbak dengan kata “Sayang…” , Diapun kegirangan sampai-sampai ngelantur trus bikin lagu and nyanyi – nyanyi sepanjang malam, Konyal…Konyal… temanku yang satu itu emang selalu bikin suasana jadi tambah asyik sdan rame dengan kelakuan-kelakuan lucunya, Rekanku yang kupanggil Konyal ini, umurnya paling muda diantara kami angkatan Surya Banyu, bungsu gitu loh, Dia anak Teknik Industri angkatan 2005, nama lengkapnya Joris Standley Simanjuntak….Hari menjelang malam udah satu lewat, waktunya tidur, slamat tidur sahabtku, salamat tidur Tebing….

Catatan Jurnal Beto Laga Koda

Sabtu, 8 Juli 2006

Selamat pagi Dunia, selamat pagi TEBING PERKASA…
Aku terbangun pagi – pagi gara – gara konyal membangunkan Aku padahal mata enggan untuk terbuka tapi apa daya tangan tak sampai (noan coba??) Aku langsung membuat kopi panas, biasa sarapanku tiap pagi ya…kopi, sementara Anyun, Ngomi, dan Bugi masih tertidur karena kelelahan, dan sejujurnya Akupun masih ngantuk banget karena semalaman Aku diganggu terus sama nyamuk yang sangat jaus akan darah,Abis minum kopi panas ditemani sebatang rokok samsoe Aku kembali ke tenda dan berbaring, eh tau – taunya Aku tertidur lagi…abis tergoda sama yang lain…
Pukul 09.00 saat saya terbangun lagi rupanya rekan – rekan sudah terbangun semuanya dan siap untuk memulai kegiatan dengan simulasi pemasangan pengaman sisip dengan diawasi ketat oleh instruktur kami, Anyun Racip karena tak sempat untuk mandi Akupun kemudian bersiap – siap untuk mencoba pengaman isip hingga waktu menunjukan pukul 11.30, materi selanjutnya yang disampaikan instruktur yang disimulasikan langsung oleh instruktur yaitu materi penambatan, dengan menggunakan pengaman sisip, materi ini tidak menghabiskan waktu yang terlalu banyak, yakni kurang lebih setengah jam, setelah itu kamipun istirahat, karena tadi Aku belum mandi, Aku dn Ngomi Majitu bergegas untuk mandi, mumpung ada kesempatan, selain mandi Aku dan Ngomi mencuci misting, piring serta pelengkapan makan lainnya yang semalam sudah kami pakai, dan tak lupa Ngomi temanku yang rajin sholat mengajakku untuk sholat Dzuhur, sedangkan yang lain memasak, setelah selesai mandi, mencuci piring dan sholat Aku dan Ngomi kembali menuju base-camp, dan ternyata bahan baker untuk memasak telah habis, yah….mungkin ini kesalahan kami yang tidak memperhitungkan bahan bakar, persiapan perjalanan kami kurang baik, tapi untunglah lokasi Mabim kami tidak jauh dari perkotaan dan warung, akhirnya Aku dan Ngomi turun kebawah mencari warung untuk membeli spirtus,o..iya buat rekan – rekan yang mau ke Citatah letak kamar mandi lumayan jauh kurang lebih 50 meter karena kami biasanya ikut mandi, mencuci dan mengambil air di pabrik batu yang letaknya di seberang Tebing.
Aduh…. Perutku udah miscall neeh, tapi sialnya pas kami pulang kebase-camp setelah membeli spirtus, rekan kami Pekobili Lewa yang biasa kami panggil Konya menghilang, lalu Aku dan Anyun bergegas mencarinya, namun setelah 20 menit berlalu kami mencarinya ternyata belum ketemu juga, sampai saat ini waktu menunjukan pukul 14.07 Konyal belum dating juga, Aku berharap Konyal cepat kembali karena Dia adalah salah seorang rekanku yang lucu, baik dan selalu membuat suasana jadi hangat kalo ada dia, selain itu perutku terus berbunyi, karena lapar sementara kami tidak mungkin makan siang tanpa Konyal, tak lama kemudian rekanku Bugi Takra memutuskan untuk mencari Konyal sendirian, dan syukurlah akhirnya pada pukul 14.00 Konyalpun ditemukan, karena kami semua sudah merasa sangat lapar akhirnya kami semua makan siang dengan menu makanan nasi liwet, telur dadar, indomie, dan sambel, sebetulnya menu makanan kami sangat tidak sesuai dengan kebutuhab kalori yang kita gunakan, sebetulnya kita membtuhkan kalori kira – kira …….kalori, namun apa boleh buat kondisi keuangan kami semua lagi cekak yang pentingkan mental kita, kalo mental dan kondisi tubuh kita sehat apapun kesulitan pemanjatan akan bisa kami atasi.
Sehabis makan, kamipun mulai bercerita dengan tema “Mengapa Konyal bisa sampai menghilang?” ditemani the manis, nutria sari, biscuit dan rokok, Konyal mulai bercerita, ternyata kronologis kejadiannya adalah Mulanya Konyal ingin menyusul Anyun yang hendak pergi menuju goa di Tebing Citatah 125 itu,dan tau – taunya dia tersesat bukannya ketemu Anyun di Goa, malah nyampe ke puncak Tebing Citatah 125, yang lucunya Dia bisa naik tapi ga bisa turun, aneh kan??? Dan menurut informasi yang di dapat dari rekanku Bugi yang menemukan Konyal di Puncak, ternyata baju Konyal yang berwarna merah dibuatnya menjadi bendera, mungkin menurutnya siapa tau ada yang liat, trus diselametin, trus dia teriak – teriak minta tolong, wah… tapi dikala kesulitan menghadapinya, otaknya ga buntu, ilmu SAR (Search And Rescue) yang didapat ketika pendidikan di terapkan, untunglah ada Bugi yang menyelamatkannya dan alhamdulilah tidak terjadi apa – apa pada rekaku yang satu itu, tingkahnya macem – macem, mklum diantara kami angkatan Surya Banyu, Dia paling muda alias bungsu, jadi Dia masih polos, tapi dari kejadian inin kita bisa ambil hikamhnya kan, yah…yang pasti kalo kita gat au medan Tebing seperti apa lebih baik kita minta ditemenin sama orang yang lebih tau, selain itu kalo kita tersesat ilmu SAR yang dimiliki Konyal bisa dijadikan panduan, jangan putus asa dan selalu ingin terus mencoba, udah dulu ah cerita tentang Konyalnya.
WAktu istirahatpun selesai, kamipun bersiap – siap untuk melakukan penambatan, Aku terpilih menjdai leader dan Konyal sebagai partnerku menjdi cleaner, peralatan sudah kubawa, seperti harness sudah kupakai, kermantle, carabiner, runner,carabiner screw, fren, hexentrik, stopper, dan tak lupa cowstail, penambatan dimulai dari pukul 14.15 – 17.00, kendala yang kuhadapi pada saat penambatan antara lain sulitnya menentukan posisi untuk penambatan dan tadi Aku merasa kaget banget, ketika akan memasang pengaman sisip aku bertemu dengan binatang, yaitu Tokek di sela-sela tebing, tapi alhamdulilah akhirnya penambatan berakhir dengan baik, setelah selesai melaksanakan materi penambatan kami berempat, Aku, Konyal, Bugi dan Ngomi, pergi meuju Goa yang berada di tengah tebing, karena Konyal masih penasaran sama Goa yang ingin Dia tuju tapi nyasar, sesampainya di goa kami mengambil foto untuk dokumentasi, kenang – kenangan tentunya dan tentunya untuk laporan perjalanan kami yang sebelumnya ditugaskan oleh Ka.DIV Jurnalistik. Sulit untu kudeskripsikan indah pemandangan dari atas Tebing Citatah 125 ini, sungguh indah ciptaan-Nya. Tak lama kemudian sekitar pukul 17.30 rekanku, Ka.DIV Jurnalistik, Rato Ecal datang dari Bandung, wah…pasti mau ngecek jurnal kami dan mau nagih PR yang dia kasih buat kita. Akhirnya kami berempat turun setelah kainginan Konyal terpenuhi, yaitu melihat Goa, setelah turun kami bersiap – siap untuk makan dan untunglah ada Rato Ecal yang biasa kami panggil NongQy yang memasak, sementara yang lain mandi, mengambil air dan Aku sendiri membantu NongQy memasak, setengah jam berlalu rekan – rekanku telah kembali, lalu Aku dan Bugi membereskan peralatan Rock Climbing, lalu kami semua makan malam, dengan menu nasi liwet, sarden, mie goring, asin kere, jengkol dan tak lupa sambel, makan malam kali ini lumayan enak soalnya ada kokinya. Abis makan kami rehat sambil becandain Konyal, sekitar pukul 21.30 kami mulai Evaluasi, membahas tentang kesulitan – kesulitan yang dihadapi ketika penambatan, setelah evaluasi berakhir, Aku kembali ke tenda untuk tidur.
Catatan Jurnal Anyun Racip (Instruktur)

Pengembaraan – pengembaraan di alam bebas mulai dari pantai ke puncak gunung, dari jurang ke tebing terjal, dari sungai ke rimba belantara, disadari atau tidak tentu akan memberi pengaruh pada bentuk karakter pada diri seseorang. Berbagai rintangan yang dihadapi di dalam pengembaraan akan membuat orang lebih tabah dan tidak mudah putus asa. Ditengah kebesaran alam, keindahan dan mungkin juga keganasannya, seorang MAHATALA akan semakin menyadari keagungan Tuhan Sang Maha Pencipta.
Masa bimbingan adalah tahap kedua menjadi anggota MAHATALA, pada tahap ini anggota muda (anggota yang telah lulus mengikuti Pendidikan Dasar dan belum mempunyai nomor anggota) wajib untuk mengikutinya karena MABIM merupakan latihan rutin untuk mengembangkan keterampilan di bidang kepecinta alaman dan juga berisi tugas – tugas keorganisasian.
Pagi ini awan begitu bersahabat biru dan cerah, kuawali hari dengan memasak air kemudian minum the manis serta makan sedikit biscuit, hari ini minggu, 9 Juli 2006 yang juga hari terakhir Mabim kita, Aku akan memantapkan materi panambatan kepada adik – adiku, dimulai dengan Bugi Takra sebagai Leader dan Ngomi Majitu sebagai cleaner, kali ini ketinggian penambatan ditambah sampai mulut goa, hal ini dilakukn untuk mmenambah kepercayaan diri pemanjat dan melatih keberanian, penambatan kali ini berakhir dengan cukup baik, mungkin kendala yang dihadapi adalah penempatan pengaman sisip yang masih sukar, namun walau dengan waktu yang agak lam, tapi mereka berhasil melakukan penambatan dengan baik, tak lama kemudian kami semua makan siang yaitu mie yang telah disiapkan Danpur kita, tak lama setelah makan, kami kedatangan segerombolan orang dan ternyata orang – orang itu adalah Kang Tedi Ixdiana beserta teman – temannya yang wajahnya sudah taka sing lagi sering kita lihat baik ditelevisi ataupu workshop dan seminar mengenai pemanjatan, kami berbincang – bincang sejenak bersama Kang Tedi, dan eh…kita malah dikasih Kelapa muda, ya…thanks sueger banget,setelah itu kamipun bersiap – siap membereskan barang – barang kami kemudian packing dan pulang.
Sekitar pukul 17.00 kami pulang menaiki angkot kining jurusan Padalarang – Raja Mandala menuju Stasiun Padalarang, kemudian kami menunggu beberapa saat karena kereta menuju Bandung berangkat pukul 20.00, setibanya kereta kami langsung naik, dan alhamdulilah kereta kosong, jadi kami bisa duduk leluasa, sesampainya di stasiun Kiara Condong kami berjalan kaki menuju kampus tercinta UNJANI BANDUNG, ternyata di kampus juga ada acara nonton bareng Piala Dunia, karena lelah yang amat sangat juga perut yang terus berbunyi, Akupun kemudian makan dan istirahat.

Cadas – cadas perkasa
Berdiri kokoh menantang
Menjulang menuju awan
Memanggil nurani tuk disinggahi

Seinchi demi seinchi kutapaki
Sembari mawas diri
Sembari mawas diri…
Mata – mata hilang tampak mengawasi
Agar kami tau diri

Berjuang demi satu tujuan pasti
Berjuang agar tak perlu kembali
Berharap puncak segera kudekati
Agar dapat kuselami kepuasan diri

Read More......

Survival

Survival adalah keadaan dimana diperlukan perjuangan untuk bertahan hidup. survival merupakan kehidupan dengan waktu mendesak untuk melakukan improvisasi yang memungkinkan. kuncinya adalah menggunakan otak untuk improvisasi.
Statistik membuktikan hampir semua situasi survival mempunyai batasan waktu yang singkat hanya 3 hari atau 72 jam bagi orang hilang, dan yang mampu bertahan cukup lama tercatat sangat sedikit sekitar 5 persen itupun karena pengetahuan dan pengalamannya.

Dalam situasi survival janganlah tergesa-gesa menentukan prioritas survival karena dapat berakibat salah, gagasan kaku yang tidak boleh ditawar-tawar juga akan berakibat fatal.
Ketepatan memutuskan dengan didukung pengalaman dan hasil diskusi dapat menguntungkan. karena situasi darurat perlu pertimbangan dan sikap tegas dalam mencapai tujuan akhir. Dalam keadaan survival diperlukan pengetahuan terhadap kondisi dan kebutuhan tubuh, bukan mutlak mengerti secara fisik tetapi memahami reaksi atau dampak akibat pengaruh lingkungan. menggunakan pengetahuan dalam usaha mengatur diri saat keadaan darurat adalah kunci dari survival. pengaturan disini adalah memelihara ketrampilan dan kemampuan untuk mengontrol sumber daya didalam diri dan kemampuan memecahkan persoalan, bila pengaturan keliru, tidak hanya badan terganggu akan tetapi dapat langsung berdampak terhadap kemampuan untuk tetap hidup. Memahami jenis kebutuhan hidup yang menjadi prioritas sangat menguntungkan didalam situasi survival.
Dalam kondisi survival tantangan yang sangat dominan adalah sikap mental atau psikologis untuk mencari kebutuhan tubuh dan untuk memperolehnya dibutuhkan gagasan-gagasan dengan dasar pertimbangan dari pengalaman atau pendidikan yang pernah diikutinya, pengalaman hidup dengan resiko tinggi dan aktivitas menantang terbukti dapat membuat orang belajar untuk berbuat yang lebih baik dan melakukan adaptasi efektif.
Kebutuhan dasar hidup manusia sebenarnya sangat sederhana, bagaimana ribuan tahun yang lalu manusia tidak mempunyai pakaian, rumah, mobil, makan tiga kali sehari setiap hari. tetapi mereka dapat tetap bertahan hidup. daftar barang-barang yang dibutuhkan untuk hidup dan berapa lama orang itu bisa hidup tanpa perlengkapan itu sangatlah bervariasi dengan berbagai pertimbangan.
berikut adalah contoh susunan prioritas dalam keadaan survival :
1. Tentunya yang paling utama adalah udara. bernafas dilakukan setiap detik untuk bertahan hidup oleh karena itu udara mendapat prioritas utama untuk bertahan hidup. survival tanpa udara umumnya hanya bertahan selama 3 sampai 5 menit.
2. Selanjutnya dibutuhkan perlindungan, dari cuaca buruk dan keganasan alam. sejak keberadaannya manusia dibatasi lingkungannya sendiri mulai dari temperatur yang sangat berpengaruh pada tubuh. untuk itu diperlukan sesuatu yang dapat melindunginya contohnya api yang dapat menghangatkan dan menjaga temperatur tubuh, jika tidak ada rumah, tenda atau gua. api dapat dimasukkan kedalam prioritas kedua
3. Istirahat, sepele namun dibutuhkan, dengan istirahat jaringan tubuh akan terbebas dari CO2, asam dan pemborosan lain. istirahat yang dimaksud adalah istirahat fisik dan juga mental. sebab stress dapat mengurangi kemampuan untuk bertahan. dengan demikian istirahat dapat dimasukkan kedalam prioritas ketiga.
4. Air. kehilangan cairan dan kondisi air yang tidak dapat diminum adalah persoalan didalam survival. tubuh manusia kira-kira terdiri dari 2/3 jaringan yang mengandung air. dan merupakan bagian sistem sirkulasi di dalam organ tubuh. air dapat menjaga suhu tubuh, memperlancar buang air dan mencerna makanan. kondisi lingkungan yang exstrem tanpa air dapat mengurangi kemampuan bertahan hidup hingga tiga hari. sehingga air dapat dimasukkan kedalam prioritas keempat. sangatlah bijaksana apabila pemakaian air dapat dihemat.
5. Tubuh manusia membutuhkan makanan tiga kali sehari. tetapi sementara banyak manusia di benua lain hanya dapat makan sekali sehari atau bahkan tidak makan berhari-hari. catatan menunjukkan bahwa tanpa makanan survivor dapat bertahan selama 40 sampai 70 hari. keharusan untuk mendapatkan makanan adalah prioritas terakhir dalam survival. penghematan energi adalah salah satu cara untuk mengimbangi kekurangan makanan.

Sikap dalam Survival
Sikap cepat tanggap dalam keadaan darurat sangat diperlukan. Setiap orang harus dapat berbuat yang terbaik dalam memprioritaskan pandangan terhadap lingkungan darurat. hal ini tidak mudah karena sikap ini perlu latar belakang pengetahuan dan keterampilan. bila semua prioritas telah diperoleh, tetapi masih kehilangan kemauan untuk hidup atau kemampuan untuk menguasai mental yang disebabkan kondisi fisik, maka akhirnya akan hilang sama sekali. kondisi yang demikian sangat membahayakan dan bahkan sesuatu yang menguntungkan pun akan dibuangnya. juga yang perlu diingat janganlah meremehkan sesuatu yang anda lihat. sikap mental positif sangat diperlukan untuk menganalisa semua yang bertentangan dengan tubuh.

Apa saja yang berguna dalam menghadapi situasi survival dapat dilihat dalam dua persoalan :
1. Kesiapan mendiskusikan dengan jelas apakah anda ingin hidup ?, ungkapan yang sederhana. Secara naluriah manusia mempunyai insting untuk menjaga diri. Banyak kegiatan survival yang menunjukkan adanya jalan keluar dari periode fisik ekstrem dan mental stress ke posisi tenang. sadar atau tidak orang mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kematian. oleh karena itu setiap orang juga mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kehidupan.
2. Kemampuan untuk memecahkan persoalan, hal ini didapat jika kita mampu mempertahankan kondisi tubuh. sebagai contoh : tubuh manusia bekerja optimum dengan temperatur 37 derajat C. mengabaikan temperatur lingkungan akan menyebabkan penyempitan susunan fungsi inti didalam tubuh yang efektivitasnya tinggi. yang pada akhirnya akan mengganggu peredaran darah, menurunkan aktivitas sel, dan akhirnya otak cepat kehilangan hubungan dengan realitas, akhirnya bertindak irrasional berbarengan dengan turunnya koordinasi yang akhirnya berakibat fatal. pengetahuan dan pengalaman tidak ada artinya kalau tubuh hanya bekerja dengan separuh kemampuannya. penghematan sumberdaya seperti energi, panas dan air adalah penting.

Sumber : RESCUE (Buletin SAR)

Read More......
 

Free Blog Counter

Blogger